0

 AS kerahkan kapal perang ke kawasan sengketa teritorial kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan. Cina mengecam aksi itu sebagai provokasi dan mengancam tindakan tegas bagi pelanggar kedaulatan.
Kapal perusak angkatan laut AS "USS Lassen" mendekat hingga sejarak 12 mil laut ke pulau buatan yang dibangun Cina pada tahun 2014 di Laut Cina Selatan. "Kapal perang itu, Selasa (27/10/15), melakukan patroli selama beberapa jam di dua pulau buatan dekat kepulauan Spratly.“ ujar kalangan di Kementrian Pertahanan AS. Dengan aksi militer ini, Washington mendemonstrasikan penolakan atas klaim Cina di kawasan sengketa tersebut.
Laut Cina Selatan telah menjadi fokus dari sengketa maritim di Asia. Dua dari negara penuntut adalah Cina dan Taiwan, sementara empat lainnya – Brunei, Malaysia, Filipina dan Vietnam – adalah anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Meskipun ASEAN sendiri sebagai organisasi bukan salah satu pihak yang bersengketa, organisasi inimemiliki kepentingan agar sengketa di kawasannya diselesaikan dengan damai tanpa memengaruhi kebebasan navigasi internasional.

Indonesia juga memiliki posisi yang sama. Kami bukan pihak yang menuntut dalam sengketa ini, namun negara kami akan terkena imbas jika terjadi konflik di Laut Cina Selatan karena interpretasi dari “nine-dash line”atau sembilan garis terputus di peta Cina, yang mengklaim sekitar 90% dari perairan yang luasnya 3,5 juta kilometer persegi (atau 1,35 juta mil persegi). Karena kepentingan strategis dan ekonomis dari perairan tersebut, maka isu ini telah menjadi permasalahan internasional yang juga melibatkan Amerika Serikat.

Angkatan bersenjata Indonesia maupun negara-negara lain mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Namun kami tetap berharap bahwa solusi dapat dicapai lewat kemampuan politik dan kepemimpinan diplomatik negara-negara di kawasan ini untuk mendapatkan solusi yang tidak menggunakan kekerasan. Dengan kata lain, kami mendukung kebijakan non-perang bagi Laut Cina Selatan, dan bagi kawasan Asia Pasifik yang lebih luas.
Pemerintah di Beijing marah dengan aksi angkatan laut AS itu dan memperingatkan Washington agar menghentikan provokasi. Kementerian Luar Negeri di Beijing mengritik patroli di kawasan sengketa di Laut Cina Selatan itu. “Amerika seharusnya menghindarkan segala macam provokasi, dan seharusnya berusaha sekuat tenaga menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan. Kementrian yang berwenang terus memonitor, membuntuti dan memperingatkan kapal perang AS itu sebagai memasuki kawasan perairan secara ilegal tanpa izin,“ ujar Kemenlu di Beijing. Cina bulan lalu sudah mengancam tidak akan membiarkan pelanggaran di perairan atau ruang udara kawasan kedulatannya.

Konflik

Amerika Kerahkan Kapal Perang di Laut Cina Selatan

AS kerahkan kapal perang ke kawasan sengketa teritorial kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan. Cina mengecam aksi itu sebagai provokasi dan mengancam tindakan tegas bagi pelanggar kedaulatan.
Kapal perusak angkatan laut AS "USS Lassen" mendekat hingga sejarak 12 mil laut ke pulau buatan yang dibangun Cina pada tahun 2014 di Laut Cina Selatan. "Kapal perang itu, Selasa (27/10/15), melakukan patroli selama beberapa jam di dua pulau buatan dekat kepulauan Spratly.“ ujar kalangan di Kementrian Pertahanan AS. Dengan aksi militer ini, Washington mendemonstrasikan penolakan atas klaim Cina di kawasan sengketa tersebut.
Pemerintah di Beijing marah dengan aksi angkatan laut AS itu dan memperingatkan Washington agar menghentikan provokasi. Kementerian Luar Negeri di Beijing mengritik patroli di kawasan sengketa di Laut Cina Selatan itu. “Amerika seharusnya menghindarkan segala macam provokasi, dan seharusnya berusaha sekuat tenaga menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan. Kementrian yang berwenang terus memonitor, membuntuti dan memperingatkan kapal perang AS itu sebagai memasuki kawasan perairan secara ilegal tanpa izin,“ ujar Kemenlu di Beijing. Cina bulan lalu sudah mengancam tidak akan membiarkan pelanggaran di perairan atau ruang udara kawasan kedulatannya.

Klaim kedaulatan di kepulauan Spratly sejak beberapa dekade jadi sengketa antara Cina, Viatnam, Malaysia, Brunei, Taiwan dan Filipina. Untuk menegaskan klaimnya, Beijing pada 2014 menimbun beberapa gugusan terumbu karang, dan menjadikannya pulau buatan yang dijadikan basis militernya. AS sudah mengecam aksi Cina itu.
Filipina salah satu pihak yang terlibat sengketa klaim kepulauan Spratly yang strategi penting dan diduga mengandung cadangan mineral berharga antara lain minyak dan gas bumi, menyambut positif demonstrasi kekuatan militer dari angkatan laut AS. “Kehadiran militer AS mempertahankan perimbangan kekuatan di kawasan,” ujar Presiden Benigno Aquino di Manila.
 Presiden Cina Xi Jinping, pertengahan Oktober ini, kembali menegaskan klaim Beijing untuk seluruh kawasan Laut Cina Selatanm, termasuk kepulauan Spratly. “Sejak zaman purba kawasan itu menjadi teritorial Cina”, ujar dia. Cina juga sudah mengancam akan menindak negara yang melanggar kedaulatannya di kawasan itu.
AS dan sekutunya, termasuk Jepang, telah menyerukan agar Beijing menghentikan pembangunan pulau buatan  di Laut Cina Selatan, yang menjadi isu utama dalam meningkatknya ketegangan antara pemerintah Beijing dan Washington.
Sekalipun Presiden Xi Jinping menyatakan tak ada niat untuk mempersenjatai pulau tersebut, analis dari Washington dan pejabat AS menyatakan Cina telah membangun fasilitas militer di sana.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik & sopan

[NEWS][combine][animated][100]

[SHARING2INFORMATIONS][horizontal][animated][50]

[MARI BERBAGI ILMU & PENGETAHUAN][RECENT][animated][100]

 
Top
//