0
Pelaksanaan hukuman mati terhadap ulama Syiah terkenal Arab Saudi, Sheikh Nimr al-Nimr, memicu kemarahan dan protes oleh komunitas Syiah di Timur Tengah dan kawasan lain.

Negara yang paling keras mengecam eksekusi Sheikh Nimr al-Nimr bersama 46 terpidana lain di Arab Saudi pada Sabtu (02/01) adalah Iran.


Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan kerajaan Arab Saudi yang mayoritas penduduknya Sunni akan membayar mahal atas tindakannya. Kementerian Luar Negeri juga sudah memanggil Kuasa Usaha Arab Saudi di Teheran sebagai protes.

Korps Garda Revolusi Iran mengatakan "balas dendam keras" akan dilancarkan atas eksekusi ulama Syiah, lapor kantor berita Iran.

Sebaliknya Arab Saudi, menurut Kementerian Luar Negeri, memanggil utusan Iran "dan menyerahkan nota protes dengan kata-kata keras atas pernyataan agresif Iran".

Pemimpin Agung Iran Ayatollah Khamenei mengunggah foto yang mengisyaratkan bahwa eksekusi itu dapat disamakan dengan dengan tindakan kelompok yang menyebut diri Negara Islam (ISIS).

Sebagai kekuatan Syiah di Timur Tengah, Iran memberikan perhatian besar terhadap nasib minoritas Syiah di kawasan, lapor wartawan BBC tentang masalah Timur Tengah Alan Johnston, sehingga tak dapat dielakkan lagi kedua negara bentrok terkait dengan perlakuan yang dialami Sheikh Nimr.

 

Ditambahkannya, salah satu kekhawatiran utama Arab Saudi adalah peningkatan pengaruh Iran di sejumlah negara, antara lain di Suriah, Irak dan tempat-tempat lain.

Di Arab Saudi sendiri juga pecah protes di Provinsi Timur yang didiami oleh komunitas Syiah.

Adapun Dewan Syiah Lebanon menyebut eksekusi Sheikh Nimr al-Nimr sebagai "kesalahan besar, sementara kelompok Hisbullah Libanon menyebutnya sebagai "pembunuhan".

Di Bahrain, tempat mayoritas Syiah mengaku mengalami marginalisasi di bawah keluarga Sunni yang berkuasa, terjadi bentrokan antara pemrotes dan polisi.


 Unjuk rasa juga digelar di Yaman, Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikuasa India.

Sheikh Nimr tercatat sebagai ulama terkemuka dan vokal yang menyuarakan perasaan minoritas Syiah di Arab Saudi yang merasa dipinggirkan dan didiskriminasi. Ia termasuk salah satu dari 47 orang yang dieksekusi di 12 lokasi di Arab Saudi setelah dinyatakan bersalah dalam kasus terorisme.

Dari 47 terpidana mati itu terdapat dua warga negara asing, yaitu Kanada dan Mesir, sedangkan sisanya warga negara Arab Saudi.

Kementerian Luar Negeri Iran pada Sabtu (2/1) memanggil Kuasa Usaha Arab Saudi untuk Teheran guna memprotes eksekusi mati tokoh Syiah terkenal Nimr al-Nimr oleh Arab Saudi.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran Urusan Arab dan Afrika Hossein Amir-Abdollahian menyampaikan protes keras Republik Islam itu kepada utusan Arab Saudi Ahmed Al-Muwallid mengenai apa yang ia sebut "perilaku tak bertanggung jawab" para pejabat Arab Saudi berkenaan dengan tindakan tersebut menurut televisi pemerintah Iran.

 

"Arab Saudi adalah pembela utama terorisme dan ekstremisme di wilayah ini," kata Amir-Abdollahian, memperingatkan tentang pelanggaran hak asasi manusia dan tekanan terhadap kelompok minoritas di Kerajaan Arab Saudi.

Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Iran mengutuk keras eksekusi mati itu.

"Pemerintah Arab Saudi mendukung kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, menindas dan menghukum mati pembangkangnya," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Hossein Jaber Ansari.

Pemerintah Arab Saudi mesti menunggu dampak dari tindakan semacam itu, "sebab mereka jelas akan membayar mahal kebijakan mereka", katanya.

Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi pada Sabtu mengumumkan penghukuman mati 47 orang dengan dakwaan teroris, termasuk pemimpin Syiah yang membangkang.

Kebanyakan orang yang dihukum mati adalah warga negara Arab Saudi yang terlibat dalam serangkaian serangan yang dilancarkan oleh Al-Qaida dari 2003 sampai 2006.
 

Nimr Al-Nimr juga merupakan kekuatan penggerak di balik protes anti-pemerintah yang meletus pada 2011.

Bahrain pada Sabtu mendukung eksekusi yang dilakukan Riyadh, dan menyatakan mendukung "langkah keamanan" yang dilakukan oleh Arab Saudi dalam perang melawan terorisme.

Kementerian Dalam Negeri Bahrain menyatakan tindakan hukum akan dilakukan terhadap siapa saja yang berusaha menggunakan eksekusi untuk meningkatkan ketegangan sektarian atau menghasut kerusuhan.

"Hukuman penjara tak lebih dari dua tahun atau denda tak lebih dari 530 dolar AS mesti dijatuhkan kepada siapa saja yang melakukan tindakan 'negatif' sebagai reaksi atas hukuman mati tersebut," demikian peringatan kementerian itu di dalam satu pernyataan.


Perdana Menteri Bahrain Khalifa bin Salman Al Khalifa juga memuji pendirian Arab Saudi, menyatakan bahwa "upaya Arab Saudi untuk menghadapi siapa saja yang berusaha merusak kestabilan dan keamanan Arab Saudi dipuji banyak kalangan di dunia Arab dan Islam", demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik & sopan

[NEWS][combine][animated][100]

[SHARING2INFORMATIONS][horizontal][animated][50]

[MARI BERBAGI ILMU & PENGETAHUAN][RECENT][animated][100]

 
Top
//