0
Data AFP menunjukkan bahwa dari 3.000 warga Eropa yang pergi "berjihad" untuk ISIS di Suriah dan Irak, hampir 50 persen atau 1.430 orang berasal dari Prancis.
Selain itu, masih menurut AFP yang mengutip data intelejen, di Prancis sendiri terdapat 8.570 orang yang dipantau aparat karena dicurigai terkoneksi dengan kelompok garis keras.
Seperti diketahui, delapan teroris yang menewaskan 129 warga Prancis, terafiliasi dengan gerakan ISIS. Kedelapan orang tersebut tewas, seorang ditembak aparat dan tujuh lainnya tewas dengan meledakan bom yang disimpan dalam pakaian mereka. Ledakan bom tersebut juga menewaskan banyak warga Paris.


Paham radikal kelompok negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menyasar wanita di Prancis. Bahkan jumlah wanita yang terbujuk rayuan ISIS itu dinilai lebih banyak jumlahnya ketimbang pria.

"Banyak wanita di Prancis yang tertarik (untuk bergabung dengan ISIS) karena alasan kemanusiaan," kata Direktur Pusat Analisis Terorisme Jean-Charles Brisard di Paris kepada situs berita Prancis, The Local, yang dikutip BBC, Sabtu (18/4/2015).

Brisard menambahkan propaganda yang digunakan ISIS untuk menyasar warga Prancis dengan menampilkan wanita dan anak-anak yang menderita. Video dan foto-foto tersebut akan menggerakkan hati wanita.

"Mereka (ISIS) menggunakan nilai-nilai Barat untuk meyakinkan para wanita untuk bergabung dengan mereka (ISI)," tambah Brisard.

Sejak April 2014 pemerintah membuka sambungan telepon khusus, yang memungkinkan warga melaporkan orang-orang yang sepertinya akan pergi ke Suriah atau Irak untuk bergabung dengan ISIS.

Sejak itu pemerintah menerima tak kurang dari 3.670 laporan. Data Maret 2015 menunjukkan, ada dari 261 orang yang dilaporkan diduga bergabung dengan ISIS. 135 Di antaranya adalah wanita.



Laporan yang diterbitkan majelis tinggi Prancis menyebutkan, 1.430 warga Prancis telah bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah.
Pemerintah Prancis memprediksi sebanyak 10.000 warga Eropa bakal bergabung dengan ISIS mulai tahun ini hingga akhir 2015.  Dari jumlah angka yang diprediksi itu, separuhnya diyakini akan bergabung dengan ISIS sebelum musim panas berakhir.

”Ada 3.000 orang Eropa di Irak dan Suriah hari ini. Ketika Anda melakukan proyeksi untuk bulan-bulan yang akan datang, mungkin ada 5.000 sebelum musim panas dan 10.000 sebelum akhir tahun ini,” kata Perdana Menteri Perancis,Manuel Valls yang disiarkan stasiun televisi iTele. ”Apakah Anda menyadari ancaman ini?,” katanya lagi.

Perancis bersama dengan Belgia, telah melihat bahwa banyak warga Eropa yang menjadi radikal telah meninggalkan negaranya untuk bergabung dengan Islamic State Iraq and Syria (ISIS) di Irak dan Suriah.

”Sudah ada hampir 90 warga Prancis yang telah meninggal di luar sana dengan senjata di tangan mereka, melawan nilai-nilai kita sendiri,” ujar Valls, semalam (8/3/2015).

Sejak November 2014 lalu, Prancis mengadopsi undang-undang anti-teror baru. Namun, baru mulai Februari 2015, Prancis menyita paspor empat warganya dan melarang 40 warga lainnya untuk pergi ke luar negeri karena dikhawatirkan bergabung dengan ISIS.

”Kami harus menghadapi tingkat ancaman yang sangat tinggi di Prancis, di Eropa dan di negara-negara lain,” ujar  Valls.

Kepala Intelijen Militer Jerman, Christof Gram, seperti dilansir Russia Today, khawatir para militan menggunakan institusi militer dan angkatan bersenjata di Jerman sebagai sumber pelatihan sebelum mereka bergabung dengan ISIS.



Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik & sopan

[NEWS][combine][animated][100]

[SHARING2INFORMATIONS][horizontal][animated][50]

[MARI BERBAGI ILMU & PENGETAHUAN][RECENT][animated][100]

 
Top
//